Jumat, 10 Februari 2012

MAULID KADO UNTUK NABI MUHAMMAD

KADO UNTUK NABI MUHAMMAD
shallallahu 'alayhi wasallam
Kelahiran Muhammad shallallahu 'alayhiwasallam ke muka bumi ini merupakan karunia teragung yang dianugerahkan Allah untuk umat manusia. Kelahirannya bak matahari terbit menyinari alam semesta dari kegelapan malam. Ia bagaikan bulan purnama di antara bintang-bintang dan air di tengah-tengah gurun sahara, cahayanya menjanjikan kebahagiaan dan ketenteraman abadi,kesejukannya mengantarkan kemenangan dan kesejahteraan yang hakiki. Muhammad... oh...Muhammad aku sambut kedatanganmudengan rangkaian bunga shalawat dan salam.Rabi'ul Awal adalah bulan yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, karena pada bulan inilah Muhammad sang penghulu sekaligus penutup para nabi dan rasul Sayyidul Anbiya war-Rusul wa Khatamuhum, kekasih Allah, dambaan manusia lahir. Kelahirannya ditandai dengan kejadian-kejadian menakjubkan pertanda keagungandan kemuliaannya. Siapapun bangga dan bersyukur akan kehadirannya di muka bumi ini. Betapa tidak, karena atas jasa besarnya-lah umat manusia terselamatkan dari jurang kenistaan yang tiada berpenghabisan, tentunya bagi mereka yang mengikuti ajarannya. Memperingati hari kelahiran nabi Muhammad adalah salah satu bentuk rasa syukur kita sebagai umat Islam atas kelahirannya, maulid juga menjadi momen untuk menghangatkan kembali ingatan kita akan perjuangan Rasulullah dalam menegakkan panji-panji kebenaran di muka bumi ini dan kemudian kita jadikan suri tauladan dalam mengarungi kehidupan didunia ini

MUHAMMAD
Shallallahu 'alayhi wasallam
Nasab Nabi Muhammad

Beliau adalah Muhammad ibn Abdillah ibn Abdul Muththalib ibn Hasyim ibn Abdimanaf ibn Qushayy ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’b ibn Luaiy ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn Nadlr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudlar ibn Nizar ibn Ma’d ibn 'Adnan, kemudian nasab beliau dari 'Adnan hingga Nabi Ibrahim terdapatperbedaan pendapat di kalangan para ulama ahli nasab. Ibunya adalah Aminah binti Wahb ibn Abdi Manaf ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah.
Keajaiban-keajaiban yang Terjadi di Hari Kelahirannya Pada hari kelahirannya tiba-tiba api yang menjadi sesembahan orang-orang Majus padam, padahal api tersebut tidak pernah padam sebelumnya selama seribu tahun. Danau Sawahpun mengering, singgasana raja Persia goncang dan lima belas balkon berguguran. Suatu hari ketika melewati sebuahgunung di Makkah ia tidak melewati pepohonan dan bebatuan kecualim engucapkan salam kepadanya. Di antara dua pundaknya terdapat cap Khatamun Nubuwwah. Awan tebal dengan setia menaunginya dari sengatan terik matahari. Sebagian Sifat-Sifat Nabi Muhammad ,Dia berperawakan sedang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, mukanya bersinar bagaikan rembulan di malam purnama, bulu matanya panjang dan melengkung, jenggotnya lebat dan rapi, antara satu pundak dengan pundak yang lainnya berukuran lebar, rambutnya memanjangs ampai pundaknya. Ketika Rasulullah wafat pada usia 63 tahun, tidak terdapat lebih dari dua puluh helai rambut yang berwarna putih(uban), baik rambut kepala maupun jenggotnya. Nabi Muhammad adalah sosok seorang laki-laki sejati, Allah memberikan kekuatan baginya sebanding dengan 40 orang laki-laki perkasa, dia seorang pemberani, ditakuti musuh-musuhnya dan disegani sahabat-sahabatnya, namun demikian dia adalah orang yang sangat rendah hati(tawadlu’)sabar, tutur katanya halus dan penuh dengan hikmah,tidak pernah menyakiti hati sahabat-sahabatnya baik yang baru ia kenal ataupun yang sudah lama ia kenal dan akhlaknya sangat mulia. Bila kita gambarkan maka alQur’an adalah gambaran yang paling tepat untuk menggambarkan akhlak Rasulullah.‘Aisyah berkata: “Dan akhlaknya adalah al Qur’an” ,Yakni setiap akhlak baik yang disebutkan di dalam al Qur'an ada padanya.



Tinjauan Syari'at Tentang
PERINGATAN MAULID

Perayaan maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam seorang nabi yang diutus oleh Allah rahmatan lil 'alamin dengan membaca sebagian ayat al Qur'an dan menyebutkan sebagian sifat-sifat Nabi yang mulia, ini adalah perkara yang penuh berkah dan kebaikan yang agung, jika memang perayaan tersebut terhindar dari bid'ah- bid'ahsayyi-ah yang dicela oleh syara'.Hendaklah diketahui bahwa menghalalkan sesuatu dan mengharamkannya adalah tugas seorang mujtahid seperti Imam Malik, Imam Syafi'i, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad semoga Allah meridlai mereka serta semua ulama as-Salaf ash-Shalih
Tidak setiap orang yang telah menulis sebuah kitab, kecil maupun besar dapat mengambil tugas para Imam mujtahid dari kalangan ulama'as-Salafash-Shalih tersebut, sehingga berfatwa, menghalalkan ini dan mengharamkan itu tanpa merujuk kepada perkataan para Imam mujtahid dari kalangan salaf dan khalaf yang telah dipercaya oleh umat karena jasa-jasa baik mereka. Maka barang siapa yang mengharamkan menyebut nama (berdzikir)Allah'azza wa jalla dan menelaah sifat-sifat nabi pada peringatan hari lahirnya dengan alasan bahwa Nabi tidak pernah melakukannya, kita katakan kepadanya:
>> Apakah anda juga mengharamkan
mihrab-mihrab (tempat imam) yang ada di semua masjid dan menganggap mihrab tersebut termasuk bid'ah dlalalah ?!
>> Apakah anda juga mengharamkan kodifikasi al Qur'an dalam satu mushaf serta pemberian tanda titik dalam al Qur'an dengan alasan Nabi tidak pernah melakukannya ?!.

Kalau anda mengharamkan itu semua berarti anda telah mempersempit keleluasaan yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang belum pernah ada pada masa Nabi. Padahal Rasulullah shallallahu'alayhi wasallamtelah bersabda :

"Barangsiapa yang memulai (merintis)dalam Islam sebuah perkara yang baik maka ia akan mendapatkan pahala perbuatan tersebut dan pahala orang yang mengikutinya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun". (H.R.Muslim dalam Shahihnya)

Sahabat Umar ibn al Khaththab setelah mengumpulkan para sahabat dalam shalat tarawih dengan bermakmum kepada satu imam mengatakan:
"Sebaik-baik bid'ah adalah ini" (H.R.al Bukhari dalam Shahihnya)
Dari sinilah Imam Syafi'i semoga Allah meridlainya menyimpulkan:
"Perkara-perkara yang baru (al muhdats) terbagi dua,
Pertama : perkara baru yang bertentangan dengan kitab, sunnah, atsar para sahabat dan ijma',ini adalah bid'ah dlalalah,
kedua: perkara baru yang baik dan tidak bertentangan dengan salah satu dari hal-hal di atas, maka ini adalah perkara baru yang tidak tercela " (Diriwayatkan oleh al Hafizh alBayhaqi dalam kitabnya "Manaqib asy-Syafi'i", Juz I, h. 469).

Karenanya al Hafizh Ibnu Hajar (W. 852H) menyatakan: "Mengadakan peringatan maulid Nabi adalah bid'ah hasanah". Demikian pula dinyatakan oleh para ulama yang fatwanya bisa dipertanggungjawabkan sepertial Hafizh Ibnu Dihyah (abad 7 H), al Hafizh al'Iraqi (W. 806 H), al Hafizh as-Suyuthi (W. 911H), al Hafizh as-Sakhawi (W. 902 H), Syekh Ibnu Hajar al Haytami (W. 974 H), Imam Nawawi (W. 676 H), Imam al ‘Izz ibn 'Abdissalam (W. 660 H), Syekh Muhammad Bakhit al Muthi'i (W. 1354 H) -Mufti Mesirdahulu-, Syekh Mushthafa Naja (W. 1351 H) -Mufti Beirut terdahulu- dan masih banyak lagi yang lain. Dengan demikian fatwa yang menyatakan peringatan maulid adalah bid'ah muharramah (bid'ah yang haram) sama sekali tidak berdasar dan menyalahi fatwa para ulama ahlussunnah, karenanya tidak boleh diikuti sebab fatwa ini bukan fatwa seorang mujtahid. Kita hanya akan mengikuti parau lama yang mu'tabar Selain itu bukankah hukum asal segala sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil yang mengharamkan.Agama Allah mudah tidaklah sulit. Dan karena inilah para ulama di semua negara Islam selalu melaksanakan peringatan maulid Nabi dimana-mana, Semoga Allah senantiasa memberikan kebaikan dan melimpahkan keberkahan Nabi
shallallahu 'alayhi wasallam
kepada kita semua, amin...

Penjelasan Ringkas

AQIDAH ASWAJA

(Ahlussunnah Wal Jama’ah)

Segala puji bagi Allah, semoga shalawat dan salam tetap terlimpah kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam....Waba’du. Allah ta’ala berfirman: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segimaupun semua segi, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya)”.(Q.S. asy-Syura: 11)
Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda: "Allah ada pada azal(keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatu selain-Nya"(H.R. al Bukhari, al Baihaqi dan Ibn al Jarud)

Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal(keberadaan tanpa permulaan), tidak adasesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada
azal belum ada angin, cahaya, kegelapan,'arsy, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah, tanpa tempat dan arah. Dialah yang telah menciptakan tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula,yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri sesuatu yang baru(makhluk).

Sayyidina ‘Ali semoga Allah meridlainya berkata :
"Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada tempat, dan Dia sekarang (setelah menciptakan tempat) seperti semula, ada tanpa tempat"(Dituturkan oleh al Imam Abu Manshur al Baghdadi dalam kitabnya al Farq bayn al Firaq)

Al Imam Abu Ja’far ath-Thahawi semoga Allah meridlainya (227 - 321 H) berkata dalam menjelaskan aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah : “Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali) batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya)maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut,lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya), Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru(atas, bawah, kanan, kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut"
dan beliau juga berkata: “Dan barang siapa mensifati Allah dengan salahsatu sifat manusia maka ia telah kafir”.
Di antara sifat manusia adalah duduk,bertempat, bergerak, diam, berada pada satuarah atau tempat, berbicara dengan huruf,suara dan bahasa, maka barang siapa yang mengatakan bahwa bahasa arab atau bahasa-bahasa selain bahasa arab adalah bahasa Allah atau mengatakan bahwa kalam Allah yang azali(tidak mempunyai permulaan) dengan huruf,suara atau semacamnya maka dia telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Begitu juga orang yang meyakini al Hulul dan Wahdatul Wujud telah menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.

Al Imam ar-Rifa’i semoga Allah meridlainya(W. 578 H) berkata: “Peliharalah aqidah engkau dari berpegangan kepada zhahir ayat al-Qur’an dan hadits Nabi –shallallahu 'alayhi wasallam-- yang mutasyabihat sebab hal itu merupakan salah satu pangkal kekufuran”
Al Imam ar-Rifa’i berkata "Batas akhir pengetahuan seorang hamba tentang Allah adalah meyakini bahwa Allahta'ala ada tanpa bagaimana (sifat-sifat makhluk)dan ada tanpa tempat"

Faedah:
Para Ulama' dari kalangan empat madzhab membagi Kufur menjadi tiga macam:

1.Kufur I'tiqadi seperti orang yang meyakini bahwa Allah bertempat di arah atas atau arah-arah lainnya, bersemayam atau duduk di atas 'arsy, atau meyakini Allah seperti cahaya atau semacamnya. Di antara contoh kufur i'tiqadi juga adalah tidak meyakini bahwa perbuatan manusia yang ikhtiyari(yang disengaja) adalah terjadi atas qadha dan qadar(ketentuan)Allah seperti keyakinan Hizbut Tahrir.

2.Kufur Fi'li seperti sujud kepada berhala, melempar Mushhaf atau lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat al Qur'an atau nama-nama yang diagungkan ketempat sampah atau menginjaknya dengan sengaja dan lain-lain.

3.Kufur Qauli seperti mencaci Allah, atau mencaci maki nabi, malaikat atau Islam, meremehkan janji dan ancaman Allah, atau menentang Allah, atau mengharamkan perkara yang jelas-jelas halal, atau menghalalkan perkara yang jelas-jelas haram, dan lain-lain. Seperti juga menyifati Allah dengan al 'Aql al Mudabbir (akal yang mengatur) atau
ar-Risyah al Mubdi'ah (bulu yang menciptakan) sebagaimana terdapat dalam kitab Fi Zhilal al Qur'an karya Sayyid Quthb; pimpinan kelompok yang menghalalkan darah umat Islam yang menyebut diri mereka sebagai Jama'ah Islamiyyah.

KAEDAH:
Setiap keyakinan, perbuatan atau perkataan yang mengandung pelecehan terhadap Allah, Rasul-Nya, Malaikat-Nya,syiar agama-Nya, hukum-hukum-Nya, janji- janji dan ancaman-Nya adalah kekufuran maka hendaklah seseorang menjauhi semua ini dengan segala upaya serta dalam keadaan apapun.Barang siapa yang jatuh pada salah satu macam kekufuran tersebut maka diadihukumi kafir. Dan wajib baginya meninggalkan kekufuran tersebut dan segera masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Jika ia membaca istighfar sebelum mengucapkan syahadat maka istighfar tersebut tidak bermanfaat baginya ..
Pembagian kekufuran tersebut di atas berdasarkan ayat-ayat Al Qur'an: surat alHujurat (49):15, Fushshilat (41): 37, at-Taubah(9): 65-66, 74 , Lebih lanjut baca kitab-kitab fiqh empatmadzhab;
Madzhab Syafi'i(kitab Raudlah ath-Thalibin, karya Imam an-Nawawi (W. 676 H),
Kifayatul Akhyar , karya Syekh Taqiyyuddin alHushni (W. 829 H),
Sullam at-Taufiq karya alHabib 'Abdullah ibn Husein ibn Thahir (W.1272 H, dan lainnya).
Madzhab Maliki(Minahal Jalil Syarh Mukhtashar Khalil, karya SyekhMuhammad 'Illaysy (W. 1299 H) dan lain-lain).Madzhab Hanafi(Hasyiyah Radd al Muhtar ,karya Syekh Ibnu 'Abidin (W. 1252 H) dan kitab-kitab lain).Madzhab Hanbali(Kasysyaf alQina' karya Syekh Manshur ibn Yunus ibn Idris al Buhuti, ulama abad 11 H dan lain-lain).

FAEDAH
Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:
"Konstantinopel (Istanbul sekarang) pasti akan dikuasai, maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang berhasil manguasainya dan sebaik-baik tentara adalah tentara tersebut"(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad nya).

Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu'alayhi wasallam memuji sultan Muhammad alFatih karena beliau adalah seorang sultan yang saleh, aqidahnya sesuai dengan aqidah Rasulullah. Seandainya aqidahnya menyalahi aqidah Rasulullah, Rasulullah tidak akan memujinya. Seperti maklum diketahui dan dicatat oleh sejarah bahwa sultan Muhammad al Fatih adalah Asy'ari Maturidi, meyakini bahwa Allah ada tanpa tempat. Dengan demikian hadits ini adalah busyra; berita gembira bagi seluruh Ahlussunnah, alAsy'ariyyah dan al Maturidiyyah bahwa aqidah mereka sesuai dengan aqidah Rasulullah, maka berbahagialah orang yang senantiasa mengikuti jalan mereka. Aqidah alAsy'ariyyah dan al Maturidiyyah adalah aqidah kaum muslimin dari kalangan
salaf dan khalaf , aqidah para khalifah dan sultan, seperti Sultan Shalahuddin al Ayyubi semoga Allah meridlainya. Sultan Shalahuddin al Ayyubi adalah seorang 'alim, penganut aqidah Asy'ariyyah dan mazhab Syafi'i, hafal al Qur'an dan kitab at-Tanbih dalam fiqh Syafi'i serta sering menghadiri majlis-majlis ulama hadits. Beliau memerintahkan agar aqidah sunni Asy'ariyyah dikumandangkan dari atas menara masjid sebelum shalat subuh di Mesir,Hijaz (Makkah dan Madinah), Tha-if dan sekitarnya serta di seluruh Negara Syam(Syiria, Yordania, Palestina dan Lebanon). AlImam Muhammad ibn Hibatillah al Barmaki menyusun untuk Sultan Shalahuddin alAyyubi sebuah risalah dalam bentuk nazham berisi aqidah Ahlussunnah dan ternyata sultan sangat tertarik dan akhirnya memerintahkan agar aqidah ini diajarkan kepada umat Islam,kecil dan besar, tua dan muda, sehingga akhirnya risalah tersebut dikenal dengan nama al Aqidah ash-Shalahiyyah.Risalah ini diantaranya memuat penegasan bahwa Allah maha suci dari benda (jism), sifat-sifat benda dan maha suci dari arah dan tempat.Al Hafizh Muhammad Murtadla az-Zabidi (W. 1205 H) dalam Syarh Ihya Ulum ad-Din Juz II, h. 6, mengatakan: "Jika dikatakan Ahlussunnah Wal Jama'ah maka yang dimaksud adalah al Asy'ariyyah dan al Maturidiyyah
".Kemudian beliau mengatakan: "Al Imam al'Izz ibn Abd as-Salam mengemukakan bahwa aqidah Asy'ariyyah disepakati oleh kalangan pengikut madzhab Syafi'i, madzhab Maliki,madzhab Hanafi dan orang-orang utama dari madzhab Hanbali (Fudlala al Hanabilah). Apa yang dikemukakan oleh al 'Izz ibn Abd as-Salam ini disetujui oleh para ulama dimasanya, seperti Abu 'Amr Ibn al Hajib(pimpinan ulama madzhab Maliki di masanya), Jamaluddin al Hushari pimpinan ulama madzhab Hanafi di masanya, juga disetujuioleh al Imam at-Taqiyy as-Subki sebagaimana dinukil oleh putranya Tajuddin as-Subki". AlHakim meriwayatkan dalam
al Mustadrak danal Hafizh Ibn 'Asakir dalam Tabyin Kadzib al Muftari bahwasanya ketika turun ayat": Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam menunjuk kepada sahabat Abu Musa al Asy'ari dan bersabda: "Mereka adalah kaum orang ini". AlQurthubi mengatakan dalam tafsirnya, Juz VI,h. 220: "Al Qusyairi berkata: pengikut Abu alHasan al Asy'ari adalah termasuk kaumnya".(Telah maklum bahwa al Imam Abu al Hasanal Asy'ari, imam Ahlussunnah Wal Jama'ah adalah keturunan sahabat Abu Musa alAsy'ari)

0komentar:

Posting Komentar